Fitriani

Latest Post

 




Teks drama merupakan materi bahasa Indonesia kelas 11/XI. Adapun beberapa materi pokok yang akan dijelaskan meliputi: pengertian teks drama, struktur, ciri-ciri, jenis-jenis, serta unsur intrinsik dan unsur ekstrinsiknya.


Pernahkah kalian menonton drama di televisi? Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan teks drama? Pengertian teks drama drama menurut Hasanuddin adalah kesenian yang melukiskan sikap dan sifat manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku (Hasanuddin, 1996:2).

Senada dengan Harymawan juga mengatakan bahwa kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1998:1). Pengertian drama menurut Harymawan RMA adalah kualitas komunikasi, situasi, aksi, (segala apa yang nampak dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan, dan tegangan pada penonton atau pendengar.

Pengertian Teks Drama Menurut Para Ahli


Ferdinan Brunetiere dan Baltthazar Verhagen


Apa itu drama? Menurut Ferdinan Brunetiere dan Baltthazar Verhagen adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.

Moulton


Pengertian drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak drama adalah menyaksikan kehidupan yang diekspresikan secara langsung. Jika buku roman menggerakkan fantasi kita, maka dalam drama kita melihat kehidupan yang diekspresikan secara langsung di muka kita sendiri.



Budianta dkk


Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan diantara tokoh-tokoh yang ada (Budianta dkk, 2002:95).

Krell dan Friedler


Pendapat Krell dan Friedler (dalam Nurhayati, 2000:9) tentang drama adalah drama melukiskan suatu perbuatan yang dilakukan oleh pelaku cerita untuk mencapai tujuan tertentu, di mana dalam usahanya untuk mencapai tujuan tersebut ia menghadapi hambatan dan rintangan; dipertunjukkan lewat gerak dan dialog.

Brander Mathews


Menurut Brander Mathews, konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama.


Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa drama termasuk ragam sastra karena ceritanya bersifat imajinatif dalam bentuk naskah drama, selain itu drama bukanlah sekedar teks yang dimainkan, dilakonkan, dipentaskan karena itu penikmatnya dapat secara langsung menyaksikan, menonton pementasan drama.
Drama merupakan suatu pertunjukan yang membawakan sebuah cerita, media yang digunakan untuk menyampaikan cerita tersebut melalui gerak dan dialog-dialog yang dilakukan oleh para tokohnya.

Struktur Teks Drama

Struktur Drama
Adapun struktur drama terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.
  1. Prolog: kata pendahuluan sebagai pengantar untuk memberikan gambaran umum tentang pelaku, konflik atau hal yang terjadi dalam drama.
  2. Dialog: percakapan antara dua orang atau lebih. Dialog merupakan hal yang penting dalam drama. Dalam drama harus ada penjiwaan emosi dan juga dialog disampaikan dengan pengucapan kata serta volume suara yang jelas.
  3. Epilog: kata penutup yang mengakiri suatu pementasan drama. Epilog berguna untuk merumuskan isi pokok drama.


Adapun adegan hanya melingkup satu pilahan-pilahan dialog antara beberapa tokoh.
  1. Orientasi: memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita.
  2. Komplikasi atau bagian tengah cerita: pelaku uama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintang-rintangan tersebut.
  3. Resolusi atau denouement: titik batas yang memisahkan antara komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point). Pada klimaks terjadi perubahan penting mengenai nasib pelaku utama.


Jenis-jenis Teks Drama


Menurut Budianta secara pokok ada 5 (lima) jenis drama, yaitu: tragedi, komedi, tragikomedi, melodrama, dan farce. Penjelasannya sebagai berikut.
  1. Tragedi: sebuah drama yang ujung kisahnya berakhir dengan kedukaan atau dukacita.
  2. Komedi: sebuah drama yang ujung kisahnya berakhir dengan sukacita.
  3. Tragikomedi: sebuah sajian drama yang menggabungkan antara tragedi dan komedi.
  4. Melodrama: sebuah pementasan yang ketika tanpa ada cakapan apapun, emosi dibangun melalui musik.
  5. Farce: secara umum dapat dikatan sebagai sebuah sajian drama yang bersifat karikatural atau komedi yang dilebih-lebihkan.
Dalam Asmara (1983:12), jenis-jenis drama dibedakan kedalam tiga kategori yaitu tragedi, sandiwara, dan komedi.
  1. Tragedi merupakan jenis drama tertua yang muncul dari upacara kehidupan dan kematian bangsa Dyonesis di Yunani yang diarahkan ke dimensi-dimensi kehidupan dan karakter manusia yang serius.
  2. Sandiwara menurut Haerkotter adalah sebuah bentuk lain dari tragedi. 
  3. Komedi yaitu pelaku utamanya dilibatkan dalam kesalahan-kesalahan sendiri seperti kesombongan, kebanggan atau dalam komplikasi hubungan-hubungan di luar dirinya.


Berdasarkan penyajian lakon, drama dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis, yaitu:
  1. Tragedi: drama yang berakhir dengan kesedihan.
  2. Komedi: drama yang penuh dengan kelucuan.
  3. Opera: drama yang dialognya diiringi musik.
  4. Melodrama: hampir mirip dengan opera yaitu drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi atau musik.
  5. Farce: drama yang menyerupai dagelan, namun tidak sepenuhnya dagelan.
  6. Tablo: drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.
  7. Sendratari: jenis drama gabungan antara seni drama dan seni tari.


Berdasarkan sarana pementasannya, jenis drama dibagi menjadi 6 (enam) yaitu:
  1. Drama panggung: jenis drama yang dimainkan oleh pelaku di panggung.
  2. Drama radio: drama yang hanya bisa didengarkan oleh penikmat, tidak bisa dilihat dan diraba.
  3. Drama televisi: hampir mirip dengan drama panggung, bedanya drama televisi tidak dapat diraba.
  4. Drama film: drama yang menggunakan layar lebar biasanya dipertunjukkan bioskop.
  5. Drama wayang: jenis drama yang diiringi pegelaran wayang.
  6. Drama boneka: para pelaku darama digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang.


Berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama, jenis drama dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
  1. Drama tradisional: jenis drama yang tidak menggunakan naskah.
  2. Drama modern: jenis drama yang menggunakan naskah.


Unsur-unsur Teks Drama


Unsur-unsur drama dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu unsur-unsur intrinsik dan unsur-unsur ekstrinsik. Penjelasannya sebagai berikut.

Unsur-unsur Intrinsik Drama


Berikut ini unsur-unsur intrinsik drama yaitu:

Tokoh dan Perwatakan


Penokohan adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu pementasan drama (Budiyati, 2009:26). Tokoh dalam seni sastra termasuk drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Proses penokohan dapat juga disebut perwatakan atau karakterisasi. Dapat disimpulkan bahwa perwatakan adalah pelukisan tokoh cerita melalui sifat-sifat dan sikap dalam cerita.

Latar


Latar (setting) dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang dan waktu terjadinya peristiwa serta aspek suasana (Budiyati, 2009:31).

Bahasa


Analisis unsur bahasa adalah analisis dialog dalam teks darama. Dialog adalah percakapan antara dua orang atau lebih tokoh (Budiyati, 2009:32).

Watak


Watak adalah perilaku yang diperankan oleh pelaku utama. Watak protagonis adalah watak perilaku baik yang diperankan oleh tokoh. Sedangkan watak antagonis adalah watak perilaku jahat yang diperankan oleh tokoh.

Alur


Menurut Riris K. Sarumpaet (dalam Budiyati, 2009:28). Alur adalah rangkaian peristiwa yang terjalin berdasarkan hukum sebab akibat; dan merupakan pola, perkaitan peristiwa yang menggerakan jalannya cerita ke arah pertikaian dan penyelesaiannya.

Tema


Tema adalah penggarapan gagasan pokok yang didukung oleh jalinan unsur tokoh, alur, dan latar cerita serta diformulasikan lewat dialog.

Amanat


Amanat adalah pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui lakon dramanya, dan bagaimana jalan keluar yang diberikan pengarang terhadap permasalahan yang dipaparkannya.

Unsur Ekstrinsik Drama


Unsur ekstrinsik drama adalah segala macam unsur yang berada di luar teks drama, tetapi ikut berperan dalam keberadaan teks drama tersebut. Unsur-unsur itu antara lain:
  • Biografi atau riwayat hidup pengarang.
  • Filsafah hidup pengarang.
  • Unsur sosial budaya masyarakatnya yang dianggap dapat memberikan masukan yang menunjang penciptaan karya drama tersebut.


Ciri-ciri Teks Drama


Berikut ini ciri-ciri teks drama yang harus kalian ketahui.
  • Seluruh cerita berbentuk dialog, baik narator maupun tokoh.
  • Semua dialog pada drama tidak menggunakan tanda petik.
  • Naskah drama dilengkapi dengan petunjuk tertentu yang harus dilakukan oleh tokoh pemerannya.
  • Naskah drama terletak diatas dialog atau disamping kiri dialog.
  • Mesti ada konfliks, aksi.
  • Drama harus dilakonkan.
  • Tempo masa kurang dari 3 jam.
  • Tidak ada ulangan dalam satu masa.

 

OPTIMISME PROGRAM SATU SISI (SEMANGAT TULISKAN LITERASI DAN PUBLIKASI) SMA NEGERI 1 BATU AMPAR

Oleh: Fitriani, S.Pd.

(CGP Angkatan 1 Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan)

   Literasi dan publikasi bukanlah hal baru di telinga kita apalagi bagi mereka yang berkutat dalam bidang tulis-menulis. Program literasi yang beberapa tahun belakangan ini digaungkan sebagai bentuk upaya meningkatkan minat baca maupun tulis khususnya bagi insan pendidikan. Pada modul 3.3 Program Pendidikan Guru Penggerak kita sampai pada pembahasan tentang program yang berdampak pada murid, di mana modul ini memberikan arahan bahwasanya perlu ada sebuah program di sekolah yang dampaknya difokuskan untuk kemajuan murid. Dampak yang dimaksudkn mengacu pada perubahan sikap, perilaku, karakter dari kompetensi yang ingin dicapai dari sebuah program.

            Terkait dengan program literasi pada pembuka artikel ini, selama ini paradigma kita tentang literasi terjebak pada peningkatan intensitas membaca saja tanpa mengingat pentingnya memahami esensi tulisan yang dibaca bahkan kemudian naik tingkat untuk mampu menuliskan apa yang ada di dalam pikiran layaknya bacaan yang kita baca. Sebagai pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia tentu hal ini sangat terasa bagi saya, pada kurikulum 2013 semua bagian materi adalah pembahasan tentang berbagai jenis teks yang tentunya pada bagian akhir mengharapkan murid mampu menulis dan menuangkan ide dalam menciptakan setiap bentuk teks yang mereka sudah pelajari. Sebagai pengalaman, setiap hasil siswa hanya berakhir sebagai dokumentasi penilaian guru kemudian dikembalikan kepada murid lalu murid melihat feed back yang diberikan guru, seperti itu terus berulang dan bagi murid mungkin ini sudah menjadi siklus biasa tidak ada yang istimewa.

Terpikirkan olah saya kemudian untuk memberikan pengalaman baru dan juga berharap mampu memunculkan emosi lain yang lebih membekas bagi diri murid dan tentunya meninggalkan kenangan tersendiri bagi murid. Bagi Sebagian orang mungkin menulis dianggap sebagai kegiatan yang sulit dan menjemukan, maka dari itu saya mencoba Menyusun program yang di dalamnya merangkum kegiatan literasi, semangat untuk menulis, kemudian tulisan tersebut akan dipublikasikan. Bagi saya seorang guru Bahasa Indonesia tentu paham betul bahwasanya standar menulis murid-murid saya tidak bisa saya paksakan sesuai standar yang inginkan sehingga saya yakin dengan program ini salah satunya juga menumbuhkan rasa percaya diri pada murid-murid saya.

Program SATU SISI (Semangat Tuliskan Literasi dan Publikasi) tercetus Ketika saya mulai memahami karakter murid-murid saya, kemudian menimbang asset yang sekolah miliki, seperti tersedianya perangkat computer dan jaringan internet yang mumpuni, maka saya optimis program ini akan berjalan dengan baik dan tentunya harapan untuk kemajuan murid dalam mewujudkan merdeka belajar dapat dirasakan dengan perasaan yang bahagia. Hasil tulisan siswa yang awalnya merupakan hasil dari penugasan dari guru kemudian diseleksi untuk dipublikasikan di Mading Sekolah, Google Site Sekolah, sampai pencetakan dalam bentuk fisik berupa bunga rampai kumpulan tulisan murid.

Secara umum, program ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas menulis murid di SMAN 1 Batu Ampar sekaligus memberikan murid bekal kecakapan hidup dan pentingnya mengasah kreativitas agar tumbuh kesadaran bahwa mereka akan menghadapi lingkungan yang lebih kompleks sehingga memerlukan keterampilan yang lebih apalagi mereka lebih bijak dan kreatif Ketika menghadapi masa depan khususnya era digital yang perkembangannya sangat cepat.

Hasil karya siswa diregulasi dengan proses yang sangat objektif agar rasa keadilan dapat dirasakan murid dan memacu mereka untuk terus menulis dengan proses yang lebih kreatif.

Program ini dilaksanakan sebagai langkah awal menggali potensi kreativitas siswa di bidang menulis yang selama ini hasil tulisan mereka hanya sebatas memenuhi tugas di kelas, khususnya pelajaran Bahasa Indonesia. Program ini juga diperuntukan sebagai dukungan terhadap program Literasi Nasional Baca dan Tulis.

Berikut latar belakang Program SATU SISI diambil sebagai program sekolah yang berdampak pada murid:

v   Materi pelajaran Bahasa Indonesia yang didominasi Teks salah satunya menuntut murid memiliki keterampilan dalam menulis. Sayangnya keterampilan menulis murid masih jauh dari kata terampil. Ketertarikan siswa terhadap dunia digital menjadi salah satu senjata yang dapat guru gunakan untuk mengajak mereka menulis dan memublikasikan hasil tulisan mereka. Perasaan bangga Ketika tulisan dipublikasikan dapat memunculkan semangat untuk menampilkan sisi terbaik dari apa yang murid miliki.

v   Menumpuknya hasil tugas siswa berupa tulisan yang hanya selesai sebatas penilaian.

v   Sekolah memiliki jaringan internet dan perangkat digital yang memadai yang merupakan asset yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

v   Guru sebagai pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan asset SDM yang dapat memfasilitasi terpublikasinya tulisan murid dari Mading Sekolah, Google Site Sekolah, sampai Bunga Rampai kumpulan karya tulis murid.

 

Mengingat optimisme untuk terwujudnya pembelajaran tatap muka dan terlewatinya masa pandemik program ini selanjutnya akan banyak dilakukan di sekolah dengan memanfaatkan fasilitas sekolah seperti Laboratorium Komputer untuk proses pengetikan dan internet sekolah untuk memublikasikan di Google Site Sekolah.

Adapun tujuan dari program ini adalah sebagai berikut:

v  Murid memiliki dan menguasai keterampilan menulis yang baik sebagai salah satu tujuan dari program literasi nasional dengan memaksimalkan berbagai media untuk memublikasikan setiap hasil tulisan murid.

v  Membentuk karakter mandiri dan kreatif yang merupakan bagian dari Profil Pelajar Pancasila, serta melatih kepekaan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya dalam bentuk tulisan.

v  Pembelajaran berdifrensiasi dan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) diterapkan dengan maksimal sebagai upaya menggali potensi dan kreativitas murid.

v  Pemanfaatan asset sekolah secara maksimal.

 

Demi tercapainya tujuan-tujuan tersebut yang merupakan cita-cita besar tentang dampak yang akan dirasakan oleh murid atas program yang dikelola, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan diatur dan dirancang sedemikian rupa agar mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut akan dijabarkan tentang hal apa saja yang sudah dan belum terlaksana secara maksimal sebagai bahan perbaikan di masa mendatang.

Pertama, program ini tentunya sudah melewati izin pelaksanaan oleh kepala sekolah, karena program ini di titik beratkan pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia maka langkah awal yang dilakukan guru adalah Menyusun RPP yang berdiferensiasi dan mengedepankan Kompetensi Sosial Emosional (KSE). Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan program yang direncanakan, diferensiasi dan KSE dipilih sebagai sarana memerdekakan siswa dalam menuangkan hasil pemikiran dan emosionalnya sesuai dengan kemmapuan dan minat yang dimiliki murid. Pada bagian akhir semester genap materi yang dibahas adalah tentang penulisan puisi, maka hal ini sangat mendukung Langkah awal program SATU SISI ini.

Kedua, penyusunan kesepakatan kelas. Kegiatan ini di lakukan di awal proses pembelajaran yang dilakukan via Video Conference dengan tujuan apapun kegiatan yang nanti dilakukan adalah merupakan hasil kesepakatan bersama antara guru dan murid.

Ketiga, penyusunan panduan dan jadwal penulisan. Hal ini dimaksudkan agar proses penulisan siswa dapat teratur dan terarah sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Akan tetapi, dikarenakan program ini dilakukan dari 03 Juni s.d. 30 Juni 2021 di mana rentang waktu ini sudah memasuki masa Penilaian Akhir Tahun, maka kegiatan penyusuna RPP dan penulisan sudah dimulai sebelumnya.

Keempat, proses penulisan secara berkala dikontrol dan dibimbing oleh guru dengan melakukan Video Conference.

 Kelima, lanjutan aktivitas di minggu pertama, yaitu Menyusun tim editor, publikasi, dan pencetakan Bunga Rampai. Tim editor adalah dari teman sejawat yang bersedia membantu guru memeriksa dan menyeleksi hasil tulisan siswa utnuk kemudian dipublikasikan di Google Site Sekolah dan secara mandiri mencoba dicetak sebagai bentuk upaya pemberian apresiasi terhadap hasil oleh pikir murid dalam tulisan-tulisannya. Untuk mempermudah pengumpulan hasil tulisan, guru menyediakan kantong tugas di Google Classroom. Kegiatan ini berlangsung sampai minggu kedua di Bulan Juni.

Keenam, di akhir minggu kedua tulisan siswa dicetak dalam bentuk buku sederhana yang tentunya ini merupakan bagian awal dari harapan utnuk publikasi yang lebih besar lagi dengan buku yang dicetak melalui percetakan resmi bahkan mendapatkan nomor ISBN.

Ketujuh, di minggu ketiga saatnya melakukan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk melihat sejauh apa program SATU SISI memberikan dampak terhadap kreativitas murid dalam menghasilkan tulisan-tulisan yang original, komunikatif, dan atraktif untuk dipublikasikan dengan angket yang mendeskripsikan rentang keberhasilan dari tidak tampak, mulai tampak, sudah tampak, dan sangat tampak. Karena terbatasnya interaksi maka wawancara dan observasi belum sempat dilakukan.

Kedelapan, terakhir, waktunya melakukan refleksi di minggu terakhir. Sangat terasa sekali kekurangan diberbagai segi. Dari persiapan yang tidak begitu matang, hasil tulisan murid masih tampak ada yang serius dan tidak sedikit yang asal-asalan, publikasi yang masih terbatas, hasil cetak yang sederhana, serta monitoring dan evaluasi yang masih dangkal. Akan tetapi hal tersebut menjadi motivasi bagi saya untuk meneruskan program ini karena menyadari betul setiap segi kekurangan ada solusinya. Apa lagi ketika ada murid yang mengatakan “Wah, akhirnya punya puisi yang dibukukan.” Hal ini membuat saya yakin ada kegembiraan dan rasa bangga yang dihasilkan dari program yang masih terbilang sangat sederhana ini. Harapan untuk dukungan yang lebih besar lagi dari ekosistem sekolah menjadikan optimisme bagi program ini.

Sebelum aksi nyata ini dilakukan tentu saja ada hal besar yang menjadi alasan mengapa saya memilih program ini sebagai program yang berdampak pada murid, alasan tersebut antara lain:

1.     Saya memulai dari kelas yang saya ampu karena sadar betul bahwa perubahan harus dimulai dari hal kecil.

2.     Saya guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang tentunya dalam mata pelajaran yang saya ampu sangat akrab sekali dengan dunia tulis menulis.

3.     Selama ini keterampilan murid dalam hal menulis tidak terlalu diasah.

4.     Anggapan bahwa murid yang pintar adalah murid yang pintar pada pelajaran Matematika dan IPA membuat saya tergerak mencari bakat penulis dan meyakini bahwa seseorang yang pandai menulis memiliki daya pikir, fokus, dan konsentrasi yang jauh lebih baik.

5.     Terakhir, saya memiliki cita-cita banyak buku, banyak tulisan, yang dihasilkan oleh murid-murid kami di SMA Negeri 1 Batu Ampar.

Berdasarkan Langkah dan alasan aksi nyata yang dijalankan tentunya kita sampai pada pembahasan hasil, dari 36 puisi yang masuk ada 24 puisi yang dipersiapkan masuk ke dalam buku cetak. Puisi yang tidak masuk dikarenakan masih ada murid yang mengambil karya di internet untuk mereka kumpulkan, hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru untuk terus memberikan pengertian tentang dampak negatif dari plagiarisme. Puisi yang masuk dalam buku cetak juga kemudian diunggah pada Google Site sekolah yang mana linknya sudah dibagikan ke kepala sekolah, rekan sejawat, dan murid sendiri tentunya sebagai penulis.

Galeri Foto Tahapan Aksi Nyata






Perasaan (Feelings), Pembelajaran (Findings), dan Penerapan ke Depan (Future)

Berbicara tentang perasaan atau feelings sebelum bahkan sesudah melakukan program ini tentunya sangat berwarna, ada perasaan pesimis dan optimis yang saling bergelut hingga dimenangkan oleh optimis yang yakin bahwa program ini akan berdampak lebih baik terhadap murid. Berpikir berbasis asset atau berpikir berbasis kekuatan membantu untuk menyusun kekuatan diri dan mewujudkannya dalam bentuk sikap optimis bahwa program ini dapat berhasil. Setidaknya hal ini terlihat pada antusias murid dan banyaknya bantuan dari rekan sejawat dalam berbagai persiapan. Sebagai koordinator dalam program ini guru harus benar-benar memberikan bimbingan dan arahan sehingga murid melalui proses pembelajaran bermakna dalam meningkatkan kreativitas menulis serta merangkainya secara orisinal, komunikatif, dan atraktif. Sekian banyak hal tersebut menjadikan guru merasa perlu mengembangkan program ini dengan terus mengkaji setiap sisi yang masih banyak terdapat kekurangan.

Pada intinya secara keseluruhan perasaan bangga lah yang tercipta ketika sebuah buku sederhana tercetak dan berisi kumpulan puisi karya murid-murid SMA Negeri 1 Batu Ampar. Meskipun sebuah buku yang tidak dicetak oleh percetakan besar, belum layak ber-ISBN, tetapi ketika murid kami mengatakan “Akhirnya punya puisi yang dibukukan.” Hal tersebut sudah membuat perasaan senang luar biasa.

Pembelajaran (findings) berharag dari program ini juga tidak sedikit, baik deri segi keberhasilannya maupun kegagalan. Murid diberi kesempatan untuk menuangkan ide dan kreativitasnya berdasarkan minat dan kemampuannya, serta memberikan pengalaman baru tentang sebuah euforia karya yang dipublikasikan.  Perlu usaha keras dan berbagai contoh praktik baik untuk menumbuhkan minat menulis bahkan untuk menuju karya yang terdaftar dengan ISBN.

Keberhasilan yang dirasa tentu saja akhirnya apa yang dicita-citakan yakni sebuah tulisan yang terpublikasi telah terealisasi dalam unggahan di Google Site Sekolah dan buku kumpulan puisi yang nanti akan diletakkan di perpustakaan sekolah. Hal tersebut tentu saja merupakan hasil jerih payah dari tim editor Program SATU SISI yang bersedia berkolaborasi dan  membantu guru dalam megumpulkan dan menyelesaikan program ini.

Sedangkan kalau membahasa kegagalan, tentunya program ini jauh dari kata sempurna. Adapun hal-hal yang dapat dianggap sebagai kegagalan dari program ini di antaranya adalah:

1.     Masih ada murid yang tidak bersedia menuangkan hasil olah pikirnya ke dalam tulisan.

2.     Publikasi belum meluas.

Tak lantas berbangga diri dan merasa puas, tentunya banyak hal yang harus diperbaiki dan dikembangkan dari program ini agar menjadi program yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dan dampaknya terhadap murid dapat dibanggakan di masa mendatang (future).

Program SATU SISI ini masih sangat banyak segi kekurangan, terlihat dari ditemukannya beberapa kegagalan yang dialami, mengingat dan menyadari bahwasanya progam ini masih merupakan langkah awal dan sangat baru bagi murid kami.

Adapun rencana perbaikan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1.     Penyempurnaan pelaksanaan dan meperluas sosialisasi ke seluruh ekosistem sekolah.

2.     Struktur Publikasi


Pada akhirnya sikap optimis, berpikir berbasis kekuatan, kolaborasi yang mumpuni, sikap terbuka dalam menerima kritikan, kelapangan dada terhadap setiap kegagalan, serta kerendahan hati atas setiap keberhasilan akan menjadikan program ini menjadi lebih baik dan mendewasakan. Merdeka belajar dengan program-program yang berpihak pada murid tentunya akan menjadi penyumbang terbesar tegaknya tonggak transformasi Pendidikan di Indonesia.

 

 

                                                                                       Salam & Bahagia 


Tonton Video Refleksi di Sini


 

TANGGUNG JAWAB BELAJAR DARI RUMAH DENGAN MENERAPKAN DISIPLIN POSITIF

Oleh: Fitriani, S.Pd

CGP Tanah Laut

Kalimantan Selatan

 

A.   Latar Belakang

 

Masa pandemi covid-19 telah mengubah pembelajaran tatap muka menjadi tatap maya (daring). Meskipun secara daring, semua pembelajaran harus menerapkan budaya positif sama halnya ketika pembelajaran tatap muka. Perubahan pola pikir siswa secara tidak langsung harus beradaptasi pengan pola belajar dari rumah. Berbagai hal baru tentang aplikasi belajar daring perlu dipelajari. Tentu berbeda dengan tatap muka, guru pastinya mengalami banyak kendala dalam mengamati perilaku/tindakan siswa selama belajar. Berbagai perilaku belajar yang tak dapat dikontrol dan tidak dapat langsung didisiplinkan dapat perlahan diatasi dengan upaya penerapan disiplin positif.

 

B.  Deskripsi Aksi Nyata

 

Upaya memperoleh kesepakatan kelas ketika masa pandemic ini saya lakukan secara daring melalui grup whatsapp kelas. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa pembelajaran tatap muka tidak diperbolehkan. Saya mulai menyusun pertanyaan dan saya sampaikan dalam chatroom. Saya meminta siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Saya membuka dengan hal yang ringan dan lebih umum, kemudian saya berusaha menyimak dan membiarkan mereka mengetik pendapat mereka. Saya bebaskan mereka berkreasi menyampaikan apreasiasi dan pendapat. Awalnya muncul banyak pertanyaan tentang apa maksud dan tujuan saya, karena sudah pasti hal seperti ini asing bagi mereka. Saya mencoba memberikan penjelasan sedikit berupa gambaran tentang apa yang harus mereka lakukan. Namun, saya memiliki kendala karena format pendapat yang beragam dan yang akhirnya membingungkan saya juga. Sehingga saya meneruskan format jawaban yang betul dari jawaban siswa yang sudah benar.

Tidak bisa dipungkiri, kesepakatan kelas yang dibuat secar daring tentu cukup memiliki kendala dalam pengambilan kesimpulan. Oleh karena itu, kesepakatan yang kami buat ini bersifat sementara, hanya sebagai gambaran umum, untuk selanjutnya kami ambil kesepakatan melalui Video Conference agar saya dapat melihat dan mendengar langsung bagaimana keinginan-keinginan mereka dan ekspresi mereka Ketika sebuah kesepakatan diambil.

Tantangan dalam kesepakatan kelas ini, karena masa belajar kami sudah akan berakhir untuk semester 1 tahun pelajaran 2020/2021. Akhirnya kami bersama-sama memutuskan untuk melakukan kesepakatan kelas tersebut pada awal semester 2 tahun 2021. Tantangan lain adalah rasa kecewa mereka yang sebenarnya Sebagian besar sudah sangat menginginkan pembelajaran tatap muka. Meskipun demikian, siswa saya cukup responsif dan antusias karena kesepakatan kelas ini dari mereka dan untuk mereka. Saya cukup berperan sebagai penggiring dan penuntun saja. Misalnya dengan berusaha membesarkan hati mereka, memberikan penjelasan tentang bagaimana mereka bersikap dalam menghadapi pandemi ini.

            Memberikan pandangan bahwasanya degan kesepakatan kelas kita akan berupaya menciptakan kelas yang menyenangkan walaupun harus melakukannya dari rumah masing-masing. Memberikan motivasi bahwasanya nyawa kita, keluarga, dan orang di sekitar kita sangat berharga. Di sinilah kesempatan kita membuktikan bahwa kita bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga bagaimanapun kondisinya, proses belajar tetap berjalan dengan baik bahkan dengan sangat menyenangkan.

            Sesuai dengan esai di atas kemudian kami melaksanakan vicon pertama di awal semester genap dengan kesepakatan kelas. Ada beberapa kesepakatan yang menjadi hasil dari apa yang kami perbincangkan dan hasil ini merupakan kesepakatan yang sudah berulang kali guru tanyakan tentang kesedian dari semua peserta. Adapun kesepakatan tersebut antara lain:

1.     Disiplin waktu dalam mengikuti aktivitas di Google Classroom

2.     Diharuskan selalu mengikuti vicon sesuai jadwal berdasarkan kesepakatan.

3.     Bagi siswa yang mengikuti Vicon, jika guru sedang menjelaskan materi tolong harap tenang dan diam agar yang lain memahami apa yang ibu jelaskan dan memahami materi yang jelaskan.

4.     Bagi siswa yang tidak mengikuti vicon tanpa alasan yang jelas mungkin bisa mendapatkan peringatan (Pengurangan Nilai)

5.     Bersedia tidak mendapatkan nilai bahasa indonesia jika tidak aktif mengikuti pembelajaran di classroom.

6.     Adanya toleransi untuk teman yang terkendala sinyal untuk vicon. Misal karena sinyal sehingga terlambat.

7.     Lebih aktif dalam mengikuti vicon, misal ada yang tidak paham tentang apa yang di jelaskan ibu langsung bertanya jadi saat Vicon sudah selesai tidak ada lagi yang bingung dengan tugas yang diberikan.

8.     Selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (tidak menggunakan bahasa daerah).

9.     saya berharap setiap melakukan pembelajaran bahasa indonesia selalu dengan vicon karena lebih jelas dan mudah dipahami.

10.  Jika tidak mengikuti vicon harus ada alasan yang tepat.

11.  Jika dalam Pembelajaran ada yang tidak paham, ketika vicon bisa bertanya dan mendapatkan penjelasan yg lebih mudah dipahami.

Kesepakatan-kesepakatan di atas merupakan hasil kolaborasi bersama menggunakan Google Docs yang mereka ketik masing-masing atas arahan dari guru yang kemudian dirapikan dan dipilah berdasarkan kesamaan maksud dan kemungkinan mampu dan tidaknya untuk dilaksanakan serta aspek kemasukakalan yang mengakomodasi segi toleransi terhadap kondisi riil siswa, baik segi jaringan internet maupun kemampuan memiliki kuota internet.

Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan atau implementasi dari hasil kesepakatan kelas dalam kegiatan belajar. Kegiatan pembelajaran interaktif dilakukan di Google Classroom berdasarkan jadwal yang sudah dibagikan sekolah, kemudian kelas memiliki jadwal pertemuan via video conference setiap dua minggu sekali seperti hasil kesepakatan bersama.

Demi maksimalnya hasil yang diharapkan dalam praktik awal aksi nyata pembentukan budaya positif ini, guru mengaturnya dalam linimasa Tindakan sebagai berikut:

 PERSIAPAN

·       Menyusun Rencana Pembelajaran berdasarkan kurikulum darurat yang diberlakukan.

·       Membuat kelas interaktif di Google Classroom lengkap dengan presensi, materi, penugasan, dan jadwal pertemuan baik berupa video conference maupun kegiatan berdasarkan jadwal pelajaran yang ditetapkan sekolah.

·       Membuat pengumuman pada forum kelas sebelum pertemuan dilaksanakan.

·       Membuat Grup Paguyuban Orang Tua Siswa

PELAKSANAAN

·       Pertemuan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.

·       Melakukan kesepakatan kelas Penerapan kesepakatan yang berlaku

·       Memaksimalkan tanggung jawab bersama atas dasar kesepakatan kelas yang dibangun.

EVALUASI

Melakukan refleksi dan tindak lanjut dari seluruh rancangan program aksi nyata.

 

C.  Hasil Aksi Nyata

 

Khusus untuk siswa kegiatan ini adalah hal baru bagi mereka, menurut mereka selama ini peraturan hanya dibuat oleh guru, dan terkadang sifatnya memaksa. Akan tetapi kali ini mereka merasa dihargai dan merasa apa yang menjadi masalah mereka selama ini dapat dikomunikasikan dengan cara yang lebih baik.

Adapun idikator atau tolok ukur dari kegiatan ini adalah:

·             Siswa menyerahkan tugas tepat waktu sesuai kesepakatan kelas.

Terlihat dari respons Google Form di akhir masa tenggat meningkat dari sebelumnya.

·             Siswa mampu belajar mandiri atas usaha sendiri.

Pada materi tentang membaca novel setelah diberikan arahan mereka mampu menentukan sendiri novel yang mereka baca sesuai kriteria. 

·             Siswa mampu menunjukkan kreativitasnya.

Mereka secara kreatif Menyusun video untuk laporan tugas dengan berbagai solusi dari kendala yang mereka temukan ketika mengunggah video mereka di laman tugas, baik ukuran yang terlalu besar kemudian mereka compress maupun jaringan internet yang menuntut mereka berusaha untuk menemukan jaringan yang stabil.

·             Siswa bertanggung jawab pada hasil belajar sendiri.

Banyak di antara mereka yang sigap menghubungi guru atas kondisi yang mereka hadapi, serta menyatakan permohonan maaf atas kelalaian dan bersedia untuk melakukan yang terbaik jika masih diberi kesempatan.

·             Siswa mengikuti setiap rangkaian kegiatan BDR

Terlihat dari kesigapan mereka mengisi presensi dan komentar pada materi yang diberikan.

 

Banyak kemajuan yang dirasakan dari program ini, memberi siswa kesempatan berpendapat dan terlibat langsung dalam pengambilan dan pembuatan aturan menjadikan mereka lebih bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka sepakati Bersama.

 

D.   Pembelajaran yang Didapat dari Kegiatan

 

Keberhasilan dari kegiatan ini dapat dilihat dari tingkat kecepatan dan ketepatan dalam mengisi presensi dan pengumpulan tugas, siswa menjadi lebih bertanggung jawab atas apa yang sudah mereka sepakati dan merasa sangat dihargai karena terlibat langsung dalam pengambilan keputusan atas kesepakatan kelas yang dibuat.

Sedangkan kegagalan dari program ini adalah masih seputar keterbatasan mengingat masih berada di situasi pandemi Covid-19, masih dalam kondisi BDR, sehingga masih ada sebagian siswa yang tidak maksimal mengikuti rangkaian kegiatan dengan berbagai alasan dan kondisi riil mereka. Masalah yang mereka hadapi baik dari segi jaringan internet, kapasitas perangkat seluler, kuota, sampai kepada masalah mereka yang kemudian memilih untuk bekerja.

 

E.  Rencana Perbaikan

 

Berdasarkan perjalanan proses pelaksanaan program aksi nyata ini hingga pada hasil akhir tentunya masih banyak kekurangan yang perlu mendapatkan perhatian dan dijadikan sebagai daftar rencana perbaikan di masa mendatang agar program aksi nyata dapat dilakukan secara maksimal, komprehensif, dan konsisten.

Berikut daftar rencana perbaikan:

a.    Melibatkan lebih banyak siswa dan teman sejawat.

b.    Meningkatkan kompetensi, potensi, dan konsistensi dalam setiap pelaksanaan aksi nyata di sekolah.

c.    Terus berbagi pengalaman dan motivasi kepada teman sejawat baik yang bernaung di sekolah yang sama maupun pada sekolah-sekolah yang berbeda.

d.    Memaksimalkan program komunitas praktisi, agar setiap program aksi nyata yang dilakukan CGP dapat dilakukan secara bersama-sama.

Agar kegiatan ini memberikan dampak yang riil akan dilakukan secara berkala, dan dalam keseharian akan dievaluasi untuk memastikan siswa tetap melaksanakan hal-hal positif dari pembiasaan-pembiasaan budaya positif yang dibangun Bersama oleh segenap warga sekolah.

  

F.  Dokumentasi Kegiatan

 

Proses penyusunan kesepakatan kelas:

             

Masih di grup WA



 Video Conference di jam pelajaran



 

Hasil Kesepakatan Kelas



 

 

Proses Pembelajaran:

 

Kelas interaktif di Google Classroom



Sebagian kegiatan kelas



Anggota kelas



Jumlah yang cukup tinggi di mana biasanya hanya diisi sekitar 30-an siswa



 


Salam & Bahagia

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Gambar tema oleh enjoynz. Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget